Cara manusia berkomunikasi sangatlah beragam dan unik. Selain mampu membuat simbol verbal berupa kata-kata tertulis dan terucap, manusia juga memiliki kemampuan membuat simbol nonverbal berupa gesture/bahasa tubuh. Terkait dengan bahasa tubuh, bisa dikatakan hampir 80% komunikasi antar manusia dipastikan melibatkan gesture.
Tangan, wajah, kepala, mata hingga sentuhan, semuanya adalah anggota tubuh yang sekaligus juga berperan sebagai alat transmisi pengirim pesan. Dalam percakapan sehari-hari, ketika kita mengatakan tidak atau iya, maka kepala kita sekaligus akan menganguk atau menggeleng untuk menegaskan kata yang kita ucapkan tadi.
Namun demikian, yang ingin saya bicarakan disini bukanlah bahasa verbal maupun nonverbal. Ada satu keunikan lain dari kemampuan manusai mencipta pesan. Yaitu, kemampuan manusia dalam menciptakan bahasa ruang kewilayahaan atau dikenal dengan istilah proksemic.
Bahasa ruang misalnya saja, dapat terlihat ketika kita coba mengamati bagaimana bahasa tubuh masing-masing penumpang angkot, bus kota, kereta api atau angkutan umum lainnya. Mereka yang sudah saling cendrung untuk mendekatkan tubuh mereka. Sementara bagi mereka yang belum mengenal sama sekali akan saling menjauhkan tubuhnya.
Sekedar untuk diketahui, terminologi proksemic ini pertama kali diperkenalkan oleh antropolog bernama Edward T.Hall (1963). Dalam uraiannya, Edward mengkategorikan jarak spasial dalam bahasa tubuh manusia ini kedalam empat kelompok.
- Jarak Intim yaitu mulai dari fase bersentuhan sampai ke fase terjuah sekitar 15 sampai dengan 45 cm. Maing-masing pihak yang terlibat dalam jarak intim ini tentu saja dapat mendengar, mencium, hingga merasakan nafas satu sama lain.
- Jarak pribadi, adalah jarak atau batasan ruang yang masing pribadi memilikinya. Daerah ini adalah daerah perlindungan kita dari sentuhan orang lain. Apabila jarak pribadi ini diganggu atau dimasuki orang lain, kita cendrung merasakan ketidaknyamanan.
- Jarak Sosial, adalah jarak yang pada umumnya sering terlihat dalam pembicaraan-pembicaraan formal. Dalam jarak sosial ini kita cenderung saling menilai satu sama lain dengan memberikan informasi yang ala kadarnya.
- Jarak Publik, inilah jarak defensif yang seringkali tubuh kita tunjukan ketika dalam perjalanan menaiki bus kota/kereta api. Bahasa tubuh dalam jarak publik ini cenderung lebih sensitif. Sehingga wajar saja tubuh kita seringkali curiga apabila tersengol sedikit saja.
Sebagai penutup, hanya sekedar mengingatkan saja, apabila tubuh anda memiliki kelainan gejala dalam bahasa jarak tubuh, maka periksakanlah segera. Siapa tahu tubuh kita termasuk salah satu tubuh yang tidak biasa membedakan antar jarak publik dan jarak intim.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon Tinggalkan Komentar