Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Sekali Kamu

1 komentar
Ada sepasang pertanyaan
Tentang siapa kamu dan apa yang kamu lakukan
Aku tidak mengerti bagaimana jawaban sesungguhnya
Karna berkali-kali itu kesalahan yang kudapat

Lalu datang lagi dua jawaban
Yang membosankan sering begitu mudah datang
Yang menyenangkan sering begitu mudah pergi
Apa yang sedang kita rasakan kira-kira?

Tanpa ragu kau beranjak
Lalu disana kau menyentuh sebutir debu dari kebasahannya
Seberapa pintar kau menyuruh angin meniup kuat
Membawa masa-masa yang kau anggap sepi

Lamreung 15 Nov

KAMU DAN SANGKAKU

1 komentar
Bagaimana menurutmu tentang laut yang asin
Apa kau akan berujar itu ketidak pastian?
Kenyataan sering kau tuduh sebagai penyakit
Lalu yang tidak pasti akan kau sebut obat

Apa yang ada dibenakmu,
Ketika bunga bermekaran lalu layu
Apa itu sesuatu yang juga tidak benar?
Kau begitu kuat, namun kepalsuan melemahkanmu

Semakin redup cahaya yang kau tatap
Tetap saja kau sebut gelap itu terang
Ada sangka yang salah aku ucap?
Jika semua tidak terjadi,
Maka kamu adalah bagian yang tidak aku ketahui

Akhsatria, Lingkar Kampus 29 Okt

Seangkuh Aku

1 komentar

Aku pernah berujar tidak tahu 
Sebuah keangkuhan yang ku keluhkan dalam senyummu 
Kau ukir jembatan kenangan berbalut perbedaan 
Lalu kisah itu menangisimu 

Apalagi setelah ini yang kau inginkan 
Aku terlalu kejam menilai mata 
Telinga bergetar seperti semua berbicara 

Masih ada butir yang kau harapkan 
Seangkuh aku yang berjibaku dengan ragu 
Nanar hijau kau tatap erat bersama semu 
Tak lebih dari pengharapan yang ku luangkan 

Jangan tunggu lebih lama, ancam aku 
Biar mataku sadar betapa kau menatapku 
Seangkuh aku yang berjibaku dengan ragu 
Agar nanti ku tegur diriku 



Akh Satria, Lamreung 12 Nov 

Tentang Fatamorgana

0 komentar

Seperti cahaya mentari yang menyeruak masuk melalui celah daun dan ranting,
Mata ini terpejam
Ketika hati berharap pada sebuah fatamorgana

Tahukah bahwa dirimu seperti fatamorgana?
Datang disaat sepi menghadang,
Menghampiri disaat rindu meradang
Tapi sayang dirimu hanya fatamorgana kelam

Ketika hati ini berbisik,
Berdesir seperti riak air laut menerjang karang
Saat merasakan sebuah perasaan baru,
Diterpa asa yang membuat haru.
Tapi apa, sekali lagi hanya fatamorgana.

Ilusi kah itu semua?
Saat jantung ini menari dengan gemulai bagaikan balerina di panggung megah?
Saat harmonika yang dimainkan lembut,
Yang menghasilkan suara yang mesra dan mendayu?

Mungkin cerita ini belum siap.
Terlalu dini untuk dimulai.
Karena sang pemeran masih samar dengan perannya.

Rindu ini mulai terlepas,
bagai ratusan balon warna-warni yang mulai terbang dan tersebar di awan.
Kamu pergi, aku diam.

Ada pinta yang tidak sempat terucap.
Mungkin aku takut untuk mencari,
Karena fatamorgana hanyalah semu belaka.
Tidak akan menjadi nyata..

Hei ini rahasiaku.
Kepada sang fatamorgana,
yang membentuk siluet membelakangi matahari.

Terima kasih atas kebahagian kecil,
aku cuma bisa membalas dengan tawa renyahku yang tak sempurna.
Jujur, aku ingin mewujudkan fatamorgana
Ya kita berdua, kamu dan aku.
Tapi lagi-lagi hanya fatamorgana belaka..

Baiklah, mungkin kuputuskan untuk mengejar waktu,
semoga tak terhalang oleh bayanganmu,
hai si fatamorgana.

Catatan : Gadis Bertangkai Mawar

Denganku, Tanpamu

0 komentar



Aku tak ingin saat-saat ini kan berakhir
Dimana segalanya tak berarti tanpamu
Kan kutunggu di sini selamanya hanya untuk melihatmu tersenyum
Karena sungguh, aku tak berarti tanpamu

Selama ini, aku telah lakukan kesalahan
Aku tersandung dan jatuh tapi kata-kata ini dari hati

Kuingin kau tahu
Dengan segalanya takkan kulepaskan saat-saat ini
Kata-kata ini adalah cerminan hati dan jiwaku
Kan kupertahankan saat-saat ini, kau tahu
Meski hatiku kan terluka, Takkan kulepaskan

Pikiran terbaca, tak terucapkan selamanya terikat sumpah
Kepingan kenangan berguguran ke tanah
Kutahu apa yang tak kumiliki, jadi takkan kulepaskan saat-saat ini
Karena sungguh, aku tak berarti tanpamu

Jalan-jalan yang kususuri sendirian
Tanpa arah tujuan, kini tleah sampai di ujungnya

Di depan matamu, semua ini jatuh dari langit
Saat kau tak tahu apa yang sedang kau cari

Di depan matamu ini terjatuh dari langit
Saat kau tak tahu apa yang akan kau temukan
Apa yang akan kau temukan
Dimana segalanya tak berarti tanpamu


#Respec Untuk yang lagi galau :D
Sum 41|With Me

kebimbangan Asa

0 komentar

Sekarang sudah saatnya!!
Ahh tapi aku lupa meneror otakku untuk tidak memikirkan itu
Berulang kali hal-hal yang kucemaskan mengikuti
Bahkan terasa begitu dekat denganku
Bagaimana aku bisa tenang jika keadaan,
Hanya menjadikanku tanaman gersang diladang tandus
Hampir saja semua kesempatan ku jatuhkan percuma bersama duri-duri penyesalan
Aku hanya tersangka dari sebuah kenyataan
Lalu keegoisan menghujaniku dengan seribu hukuman
Sepertinya aku harus kembali gagal,
Kalah dengan kebimbangan asa yang selalu ceria

23 Juni 2013


Arti Kesunyian

1 komentar


Apakah kamu tau tentang kesunyian?
Itu lebih menyakitkan dibanding riuh yang kau ujar
Saat kau berharap suaramu dijawab,
Hanya gema yang mengolok-ngolokmu dengan mengulang katamu

Bagaimana kau bisa mencaci bising,
Jika diam saja tidak bisa kau jadikan teman

Kau memang hebat!!
Bisa berbicara dengan potretmu,
Membuat kau gembira dan tersenyum
Kau juga bisa ngadu hal tentang kehidupanmu padanya
Tapi kehebatanmu terlalu jauh dibanding ketidakwarasanmu

Kau bisa tertawa geli melihat potretmu yang tersenyum,
Namun jika kau menangis, sedih lalu memandangnya, dia tetap akan tersenyum
Meski kau membantingnya, dia tidak akan merubah moodnya
Tetap tersenyum, tanpa komentar dan sepatah katapun

26 Juni 2013

Detakanku

0 komentar

Jantungku berdetak kuat!!
Tidak menentu diposisi, rasanya mau lepas.
Ya, itu terjadi kala kau memanggil namaku dengan lengkap.
Fasih, tanpa kurang satu huruf-pun.
Semuanya sejajar rapi, berurutan dengan ejaan sempurna.
Bahkan suara lembutmu itu, terputar berulang-ulang ditelingaku yang bergetar ini.
Kau terlihat tenang mengucapkannya, tanpa tersendak dan parau.
Mengalir bah nada biola klasik yang buat bulu-bulu merinding.
Tidak seperti jantungku ini, yang rasanya sudah diluar.
Aku terdiam beberapa saat, masih merenungi, menikmati dan berandai-andai dengan panggilan itu.
Sampai kau mengagetkanku dan kembali memanggilku.

Jembatan Senyum

0 komentar

Disini, dijembatan ini.
Kau menuliskan senyum dengan ukiran huruf yang indah dari bibirmu.
Gigi susumu mempersaksikannya,
dengan mengoyak mulut agar renggang sedikit.
Kau tidak henti-hentinya melukis itu tiap kali celotehanku keluar.
Ah, rasanya aku malu, terus membuatmu seperti orang gila.
Tapi aku lebih gila.
Gila dengan senyumanmu, tak ingin hilang dan terus ada.

Jembatan_Ulelhe 23 juni

Nostalgia

0 komentar

Disini kita duduk bersama cangkir dingin yang manis itu.
Meneguknya lalu kembali menatap satu lainnya.
Mengisahkan nostalgia tentang cerita lama dan kenangan.
Senyum dan tawa tergulung bersamaan, 
bah cerutu yang mengeluarkan asap keceriaan.
Rasanya tidak ingin pergi hari ini begitu cepat.
Kenapa kita harus menyia-nyiakan ini?
Rasanya terlalu sedikit hal yang kita omongkan.
Terlalu jauh, kalah, dengan canda, senyuman dan tawa kita.  
Kapan kita akan mengulangnya lagi? 

JADILAH ENGKAU ILALANGKU

1 komentar
Engkau bukan bintang yang bersinar
Ataupun rembulan yang bercahaya
Tetapi aku akan menyayangimu
Mencintaimu..sepenuh jiwa

Di mataku , cinta bukan hanya keindahan
Tetapi juga ketulusan dan kesetiaan…
Yang tak pernah letih oleh keadaan
Maupun godaan-godaan yang pasti ada

Engkau memang bukanlah lagu yang terindah…
Yang mampu menggetarkan hati dan jiwa
Namun aku akan selalu membuatmu tersenyum
Dan tak akan ku biarkan kesedihan menyentuhmu
Karena kau adalah belahan jiwaku

Jadilah engkau lenteraku , yang selalu menyala
Memberikan kehangatan ..
Agar tak redup nafas yang telah tercipta

Jadilah engkau ilalangku , yang selalu setia
Walaupun hidup dalam kegersangan
Dan hanya berhiaskan kesederhanaan
Yakinlah hanya cinta yang membuat kita bahagia
Meskipun raga menanggung beban

Jadilah engkau ilalangku..yang tak pernah lelah
Dan tak pernah letih..
Walau berdiri di atas kerapuhan
Namun tetap setia menggenggam cinta
Sampai nanti akhir menutup mata .

Lamreung, 10 mei

Persimpangan

0 komentar

persimpangan_obat_lukaAku terduduk di sini. 
Di persimpangan jalan menjadi saksi kamu pergi. 
Sejak kamu pergi, dingin menyerang lagi. 
Namun kali ini bertemankan sepi.

Aku menyaksikan punggungmu perlahan menjauh. 
Meninggalkan aku dengan hati berjuta gaduh. 
Entah akankah kamu kembali berlabuh. 
Tepat di mana hatimu pernah terjatuh.

Aku tak bisa menjadi cahaya. 
Dalam setiap langkahmu yang penuh lara. 
Hingga kamu akhirnya memilih dia. 
Tinggal aku berpeluh luka.

Aku hanya berangan. 
Menjadikanmu sejuta kenangan. 
Dalam hati yang penuh harapan. 
Lupakan aku? Jangan.
Kamu tak perlu meragu. 
Jika kelak kamu lupa aku. 
Aku masih di sini terbujur kaku. 
Obati luka satu persatu.


Untukmu

0 komentar

Dunia ini terlalu bising untukmu
Maka pasanglah pendengaranmu dengan baik, saat bisikan itu datang
Namun jika ada jeritan melong-long, tepis ia dengan diam
Meski telingamu telah berdarah, Itu bisa membuatmu sedikit nyaman
Ketimbang berteriak lantas suaramu parau, bibirmu biru dan mukamu pucat
Kau memang tidak ditakdirkan seperti mereka
Tapi kau adalah orang yang paling mengerti tentang dirimu sendiri
Katakan pada jiwamu, untuk tetap melakukan yang terbaik
Untukmu, dimata tuhanmu dan dimata duniamu. 

17/06/2013

Shut Up

0 komentar

Kancing saja bibirmu tuan!!
Percuma senyummu tidak akan dibalas oleh mereka.
Mereka tidak akan kenyang dengan senyummu.
Rumah mereka juga tidak akan terang dengan itu.
Apalagi anak-anak mereka, tidak akan bisa bersekolah dengan tenang jika masih dibayang-bayangi oleh senyummu.
Lebih baik kau simpan saja bersama ludahmu yang telah basi.
Mungkin itu bisa membuat mereka lebih nyaman.
Dan kau juga akan selamanya nyaman.

Raguisme

0 komentar



Kau begitu dangkal!!
Bagaimana aku bisa meraihmu dengan sejuta timba?
Beningmu menghiasi lingkaranmu.
Namun disentuh, kau kacau dan berlumpur.
Haruskah aku memanggil tetesan hujan?
Untuk membuatmu mengambang ketepian.
Atau mengundang kemarau?
Agar kau kembali menjadi dinding keras.

Roda Hitam

0 komentar

Dua roda hitam
Bergulir terus bergulir
Sepanjang waktu terus bergulir
Sampai si kempis merasuki

Empat roda hitam
Bergulir dan tetap bergulir
Biarkan batu-batu menggigit
Inginnya terus bergulir

Roda-roda hitam yang menantang
Tak henti terus bergulir
Kalahkan sekelumat rantai
Bergulir dan tetap bergulir
                       

Hujan

0 komentar

Basah, ia membuat disekitar ini basah
Tuangan kecil berhamburan bersama
Jatuh diantara gumpalan awan hitam
Menutup mentari tercengir

Berhenti, dan datang lagi
Menyapa sebagian bumi untuk basah
Diantara terik dan gelap
Turun cepat bersamaan

Katak-katak kecil gembira
Kambing hitam mengeluh
Yang lain diam saja
Terima datangnya hujan
                            
Taman Putroe Phang 3 Mei
Karya : Satria Putra

PEREMPUAN MENANGKAP KEHIDUPAN

0 komentar

Ijinkan Aku Menciummu Ibu...
Sewaktu masih kecil,
aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya.
Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore.
Setiap hari, aku dipaksa membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun.
Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan.
Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain.
Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini,
setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua.
Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku,
ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu.
Terima kasih ibu,
karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku
dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak,
ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas.
Dengan sabar pula ia menunggu.
Sesekali kulihat dari jendela kelas,
ia masih duduk di seberang sana.
Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah,
dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan.
Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu.
Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar,
aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian.
Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit,
ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah.
Saat aku menjadi orang dewasa,
aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja,
aku sering merasa malu berjalan bersamanya.
Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi.
Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang,
sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya,
ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan.
Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus
agar aku terlihat cantik,
ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya.
Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran,
kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan.
Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh,
membasuh luka di kaki
dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Selepas SMA,
ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi.
Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya.
Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh,
tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa.
Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung
antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah
dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana,
baru aku mengerti,
Ibu yang kuanggap bodoh,
tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya.
Meski Ibu bukan orang berpendidikan,
tapi doa di setiap sujudnya,
pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih.
Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku,
ia menggandengku menuju pelaminan.
Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu.
Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku.
Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya.
Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku,
aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya.
Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu.
Sungguh,
kini setelah aku mempunyai anak,
aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu.
Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.
                             Karya: Nuratul Faizah

Berhenti

0 komentar

ku mulai ragu
ku mulai bimbang
arah mana yang ingin ku tempuh
lorong mana yang akan aku lalui

gerakan kakiku mulai tertahan
terhenti tanpa sebab yang jelas
ku berusaha untuk melepaskan
tapi aku tak tau penyebabnya

ku tersentah seketika
saat tatapan itu muncul
saat binaran cahaya itu menyinariku
seolah-olah semakin dekat

tanpa bisa terelakkan
aku pun tersungkur di tanah kering itu
badanku remuk
nyawaku setengah melayang

aku mencoba bngkit dari bangunku
aku mencoba gerakkan dari gerakanku
aku tak berdaya
saat itu terjadi

aku terhenti
tanpa ada yang mampu menjalankan
aku terkapar
tanpa ada yang mampu untuk memapahnya....

semua seakan berakhir
semua terhenti seketika
tanpa ada yang mampu untuk mengubahnya
tanpa ada yang mampu untuk menjalankan kembali..

berhenti dan terus terhenti
hanya waktu yang mampu untuk membangunkan kembali....
untuk terus kembali bersama
untuk selamanya..
                        Karya : Rahmatul Akbar

https://www.facebook.com/profile.php?id=100002205165086
 

Waktuku Bersamamu

0 komentar

Seiring berjalannya waktu,,
kulalui hari_hariku selalu bersamamu,,
Canda dan Tawa selalu ada disaat kita bersama,,
Banyak kisah dan cerita yang telah terukir Indah
Walaupun diwarnai dengan sedikit pahit,,
Tapi bagiku itu semua terasa manis,,
waktu terus berganti,,
Keindahan malam itu selalu ada,,
disaat Bulan dan Bintang Menaburkan cahaya keindahanya_
disudut_sudut yang masih ditutupi dengan kegelapan,,"Hingga Terang"

Terang itulah yang meyakinkan Aku,,dengan adanya rasa dihatimu
Karya : Abdullah 
https://www.facebook.com/dkofa