Tidak menentu diposisi, rasanya mau lepas.
Ya, itu terjadi kala kau memanggil namaku dengan lengkap.
Fasih, tanpa kurang satu huruf-pun.
Semuanya sejajar rapi, berurutan dengan ejaan sempurna.
Bahkan suara lembutmu itu, terputar berulang-ulang
ditelingaku yang bergetar ini.
Kau terlihat tenang mengucapkannya, tanpa tersendak dan
parau.
Mengalir bah nada biola klasik yang buat bulu-bulu
merinding.
Tidak seperti jantungku ini, yang rasanya sudah diluar.
Aku terdiam beberapa saat, masih merenungi, menikmati dan
berandai-andai dengan panggilan itu.
Sampai kau mengagetkanku dan kembali memanggilku.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon Tinggalkan Komentar